Industri pembayaran elektronik hingga kini masih didominasi oleh Visa dan Mastercard. Hal tersebut menyebabkan beban biaya yang ditanggung menjadi besar dan menguras cadangan devisa Tanah Air. Menurut tim riset CNBC Indonesia, setidaknya bank-bank menyediakan biaya sekitar 2 miliar dolar amerika setiap tahunnya terhadap provider internasional seperti Visa dan Mastercard supaya layanan kartu kredit bisa dinikmati masyarakat Indonesia. Besaran biaya inipun turut menjadi perhatian BI. Biaya-biaya itu harus disetor oleh perbankan domestik ke perusahaan penyedia jasa itu untuk mendapat layanan seperti verifikasi data, sistem keamanan, hingga sistem lainnya untuk penyelesaian transaksinya. ( tbu )
Posted in Business News