Presiden ke-7 Jokowi menentang gagasan bahwa proyek transportasi umum seperti Kereta Cepat Whoosh hanya diukur dari laba. Proyek itu justru diukur dari keuntungan sosial. Misalnya, pengurangan polusi, peningkatan produktivitas masyarakat, waktu tempuh yang lebih cepat, menumbuhkan titik pertumbuhan ekonomi yang baru dan meningkatkan sektor pariwisata serta nilai properti. Lagipula menurut Jokowi, pemerintah menjalankan proyek Whoosh untuk mengatasi kerugian yang disebabkan kemacetan di wilayah Jabodetabek dan Bandung. Berdasarkan perhitungannya, negara mengalami kerugian hingga 100 triliun rupiah per tahun dari kemacetan itu. Jokowi tak memberikan jawaban lugas saat ditanya apakah pemerintah sejak awal sudah menghitung kerugian dari sisi keuangan untuk mewujudkan proyek itu. Namun, dia mengeklaim, kerugian akan makin mengecil dengan jumlah penumpang yang bertambah. Menurut Jokowi, EBITDA proyek Whoosh akan positif setelah beroperasi setelah enam tahun. ( tbu )



